Biak, 17 September 2015 hujan lebat melanda Biak. Pesawat-pesawat besar mendarat di Biak karena terjadi bad weather atau kondisi cuaca buruk dalam rute penerbangannya. Hujan yang cukup lebat dan awan yang cukup tebal menyulitkan pilot untuk melihat karena minimnya jarak pandang dari pesawat. Berdasarkan laporan BMKG, Bandara Frans Kaisiepo mengalami Hujan Lebat, dengan kecepatan angin 18.5 km/jam dan jarak pandang 5.0 km.
Maskapai yang mengalami bad weather dan landing di Biak diantaranya adalah Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-656 rute dari Jakarta menuju Jayapura, Sriwijaya Air SJ-582 dari Makassar yang mengalami delayed, Lion Air JT-798 dari Makassar menuju Jayapura, dan Batik Air ID-6180 dari Makassar menuju Jayapura, dan Garuda Indonesia GA-650 yang mengalami RTB (Return to Base) sehingga kembali ke Biak. Lima pesawat Boeing 737 series wide body berjajar rapi di appron bandara Frans Kaisiepo Biak. Biak yang biasanya hanya melayani 2 pesawat Boeing 737 series dan beberapa pesawat sekelas perintis, hari ini mampu menerima 5 pesawat Boeing 737 series. Pemandangan yang langka terjadi di Biak, 5 pesawat berukuran cukup besar dan dari maskapai yang berbeda berderet berjajar di Appron bandara Frans Kaisiepo.
Menurut penuturan Bapak Siswantomo selaku Operation Department Head PT. Angkasa Pura I (Persero) Biak yang ditemui di depan terminal kedatangan mengatakan bahwa landing harus dilakukan karena cuaca buruk mengingat visibility atau jarak pandang Pilot yang menjadi terbatas, sehingga apabila tetap mengudara akan menghabiskan fuel pesawat dan dapat beresiko terjadi engine off dan crash. Sehingga pilihan terbaik adalah landing di zona pendaratan terdekat, dan bandara Frans Kaisiepo di Biak dipilih sebagai tujuan pendaratan pesawat-pesawat tersebut.
Kurang lebih selama 3 jam pesawat-pesawat tersebut berada di Biak. Menurut penuturan beberapa penumpang, kami baru pertama kali turun di Biak. Beberapa ada yang merasa panik saat berada di udara karena melihat awan yang cukup tebal sehingga menyebabkan guncangan-guncangan pada pesawat. Dan kami bersyukur dapat mendarat dengan selamat di Biak.
Bandara Frans Kaisiepo, dengan beragam polemik dan dinamikanya masih mampu untuk meng-handle pesawat-pesawat tersebut. Biak dengan runwaynya yang panjang, dan topografi biak yang merupakan sebuah pulau tanpa adanya gunung dan bukit yang tinggi menjadi pilihan terbaik dalam mendaratkan pesawat, dan merupakan titik yang strategis dalam rute penerbangan di wilayah Timur Indonesia. [HumasBIK]